Kemeriahan Konser Gamelan YGF 29
dari Penampilan grup Yogyakarta sampai Kolaborasi Seniman Kanada - Indonesia
Penampilan memukau dari Gameltron 2.0 - Gamelan Electric (Gayam16) membuka rangkaian konser hari pertama di Yogyakarta Gamelan Festival ke-29 (YGF29) di Plaza Pasar Ngasem, Kamis (8/8/2024) malam. Acara dipandu oleh dua MC ternama Jogja yakni Alit Jabang Bayi dan Donni Salah Paham.
Setelah itu sambutan dari Program Director YGF-29 Ishari Sahida atau Ari Wulu, YGF ke-29 bertema Piweling. "Melalui tema Piweling, kami ingin terhubung kembali dengan asal usul alami kita, menumbuhkan rasa syukur, kebersamaan, dan pertumbuhan," kata Ari Wulu di Yogyakarta. Menurutnya, YGF ke-29 akan menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan.
Dihadiri pula oleh Kepala Dinas Kebudayaan Yogyakarta Ibu Dian Lakshmi Pratiwi, S.S. MA. serta turut hadir juga beberapa tamu undangan dari mancanegara dari Dinas Penanaman Modal.
Penampilan kedua dari Adhikarilaras kelompok seni karawitan remaja yang bernaung di SMK Negeri 1 Pleret, AdhikariLaras sendiri bermakna “lagu dengan garapan yang indah, filosofi dari penamaan tersebut pendorong agar senantiasa berproses untuk menjaga nada-nada agar tetap indah.” Kelompok Adhikalaras mengakhiri penampilan dengan mengajak para pengunjung bernyanyi lagu nasional berjudul “Hari Merdeka” yang diiringi dengan musik gamelan aksi penutup yang membuat konser menjadi bergemuruh karna semangat, menjelang hari kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus.
Kemudian penampil berikutnya dengan jumlah anggota terbanyak pada hari pertama yakni KANASIA (Kolaborasi Rekanan Musisi dari Kanada dan Indonesia) dengan jumlah anggota pemain 25 orang yang menjadi kelompok ketiga yang tampil. Bermula sejak pandemi Covid 19, banyak kegiatan seni budaya di seluruh penjuru dunia mengalami kemacetan. Tidak terkecuali di Kanada dan Amerika kegiatan belajar mengajar gamelan lumpuh total. Tahun lalu ada beberapa musisi yang pernah pentas di Kanada sempat berkolaborasi dengan grup Gamelan Sawung Galing dan rupanya telah menjadi embrio tumbuhnya semangat untuk berkarya dan pentas bersama di YGF 2024. Mrs Jody Diamond (Director American Gamelan Institute USA) menyambut baik kegiatan rekanan ini. Beliau juga mengapresiasi munculnya kegiatan gamelan kreasi disamping aktif mengedukasi penggemar gamelan di luar negeri. Ternyata gamelan tidak saja sebagai objek seni tradisi, tapi sekaligus sebagai media perekat banyak bangsa di belahan dunia, salah satunya KANASIA.
Tim karawitan Sariswara Taman Kesenian Taman Siswa Yogyakarta menjadi penampil keempat YGF 29 hari pertama. Tim Sariswara ini merupakan bagian dari Taman Kesenian Tamansiswa. Tim ini beranggotakan para remaja usia SMP dan SMA, yang memang berkecimpung di bidang seni tradisi termasuk gamelan.
Konser hari pertama YGF 29 ditutup dengan penampilan dari Kecubung Sakti yang dibentuk di Sewon, Bantul sewaktu para personilnya masih menjadi mahasiswa maupun siswa SMA di sekitar Kota Yogya. Kecubung Sakti membawakan komposisi dengan instrumen Gambang Semarang bertemakan Kota Semarang. Ada lima judul komposisi yang dibawakan, yakni, Dugderan Semarang, Gambang Semarang, Semarangan, Jangkring Genggong, dan Lenggang Kangkung.
Di hari kedua konser gamelan akan ada beberapa penampil diantaranya adalah Sanggar Wijaya Kusuma, Swara Prana dan akan menampilkan hasil presentasi Lokakarya Metode Sariswara Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 5-7 Agustus 2024 di Pendopo Gayam 16 yang dimentori oleh Cak Lis (Lab. Sariswara) dan teman-teman Taman Kesenian. Selama 3 hari para peserta lokakarya dilibatkan penuh pada praktik dan diskusi mengenai Metode Sariswara. Tembang, gamelan dan permainan dipilih sebagai media pengaplikasian Metode Sariswara yang akan ditampilkan. Metode pembelajaran Sariswara Ki Hadjar Dewantara sengaja dipilih karena merupakan metode yang telah lama dikembangkan dan efektif dalam proses pembelajaran seni, khususnya gamelan. Sariswara sendiri merupakan metode mendidik yang dikembangkan oleh Ki Hadjar Dewantara melalui kesenian untuk membiasakan segala keindahan dan kehalusan dengan menggabungkan pengalaman semua indra yang ada, baik melalui pendengaran, penglihatan, gerakan fisik, dan juga perasaan ‘cipta-rasa-karsa’.
Selain itu akan ada juga penampilan dari Compagnie Kotekan yang berasal dari Prancis yang beranggotakan delapan belas seniman profesional berisikan para musisi, yang bisa memainkan beberapa waditra menambah keahlian seni yang banyak terdapat kekuatan suara gamelan. Grup yang dipimpin dan sekaligus menjadi komposer adalah Jean-Pierre Goudard. Compagnie Kotekan akan menampilkan beberapa komposisi salah satu judulnya adalah ‘Saya Kamu Kita’ dan komposisi tradisi berjudul ‘Bulan Sapasi’.
Lalu pada hari ketiga yang merupakan konser hari terakhir di Plaza Pasar Ngasem akan menampilkan beberapa penampil diantaranya adalah Sanggar Kawindra, Sekar Seroja, Meruang Waktu, Rebanana dan Harry Roesli Music School yang merupakan institusi yang didirikan oleh Alm. Harry Roesli yang berawal dari kegelisahan beliau melihat tidak adanya ruang ekspresi untuk anak muda Bandung. Mereka akan menampilkan lima komposisi salah satunya berjudul ‘Kebo Jiro’.
Sebagai penutup rangkaian YGF 29, akan digelar Gaung Gamelan pada tanggal 11 Agustus di Stadion Kridosono. Gaung Gamelan akan menampilkan 14 kelompok karawitan Desa Budaya DIY, Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya, serta Gending Bahana UAD, Karawitan Putri Bantul, serta Kiai Kanjeng. Selain itu akan ada special performance dari Anteng Kitiran, Saron Groove, Drummer Guyub YK, serta Sanggar Sritanjung.